Studio Foto

Kala yang digital masih jauh di mata, kami selalu sedia rol film, meski cuma satu dua-strip. Dengan kamera analog, pengguna amatir mesti pandai menghemat. Hal-hal yang dipotret, meski spontan, tak bisa sembarang atau berulang kali dilakukan. Masa ini juga ditandai dengan banyak studio foto. Untuk cetak dari kamera, kami biasa ke sebelah Supermarket Santa, atauContinue reading “Studio Foto”

Bang Kirno

Minggu lalu saya dapat kabar Kirno sudah tiada. Dia, tukang sayur yang nyentrik. Tak lewat setiap hari, tapi kalau datang mesti meninggalkan belanjaan. Tak punya uang bukan alasan, meski itu sungguh terjadi. Ada saja caranya membujuk mama, “alaaah ibu, ini daging buat bikin semur kesukaan dek Ika”, atau “bandeng udah dipresto gak mau? Katanya orangContinue reading “Bang Kirno”

Toko Buku Bahagia

Setidaknya sekali dalam caturwulan, orang akan datang ke Toko Buku Bahagia. Pertama untuk buku pelajaran sekolah, lalu alat tulis dan bahan prakarya, kemudian souvenir buat kado ulang tahun. Bagi generasi 1980 sampai 90’an, apapun yang berhubungan dengan sekolah, toko ini jawabannya. Termasuk untuk yang dadakan, misalnya kehilangan buku cetak ketika harus bikin PR. Toko bukuContinue reading “Toko Buku Bahagia”