Si Barbar ini ada di perempatan Gunawarman. Pas buat ngaso atau duduk serius pake laptop. Sedia juice murni, kopi dan cemilan. Favorit saya: kopi susu gula aren (apalagi kalau takaran gulanya dikurangin) dan juice hell doc (campuran apel, wortel, dan jeruk). Harga per item 35 – 50 ribu. Sangat ‘welcome’ pada sendal jepit dan celanaContinue reading “#NoHighhellsNoWorries”
Category Archives: Kuliner
Nasi ulam khas Blok-S
Di keluarga kami yang ‘Jawa’, nasi ulam terbilang pendatang baru. Bisa dibilang, saya yang mengenalkan. Kala itu, awal 2010, sering sok-sok’an bikin makanan eksotis. Tapi, nasi ulam buatan saya tak terbilang sukses. Hanya adik ipar, Aliandri Ginanjar, yang doyan. Ia bolak-balik menyendok dari dandang sampai ludes. Bertahun kemudian, kami mulai beli nasi ulam untuk sarapan.Continue reading “Nasi ulam khas Blok-S”
Bumbu
Bagi mama, memasak bukan kegiatan menyenangkan. Ia jarang memilah resep, apalagi mencoba menu baru. Bumbu tak pernah jauh dari bawang putih, bawang merah, kemiri, lada, ketumbar, jahe, salam, laos, kunyit, dan kunci. Bedanya cuma di takaran. Misalnya, bawang merah harus lebih banyak kalau masak semur. Sebaliknya, sup ayam, pakai bawang putih saja. Tapi, dengan patokanContinue reading “Bumbu”
Mie Dok-dok
Periode 1990, ada tiga tukang mie lewat Kebalen. Yang pertama bunyinya tek-tek-tek, biasa lewat sekitar jam 7 malam. Andalannya, mie godog atau mie rebus, dan ini cuma mama yang doyan. Yang kedua, lewat antara jam 8 – 9 malam, ini bunyinya duk-duk-duk. Yang ketiga, sama bunyi tapi terdengar lebih ‘o’, jadi kami sebut Mie Dok-dok.Continue reading “Mie Dok-dok”